Labels

Kamis, 18 April 2013

makalah zakat haji dan wakaf


Makalah
Zakat, haji, dan wakaf
 







DI SUSUN OLEH :
KELOMPOK : (SATU) 1
KELAS           : X.9 (SEPULUH SEMBILAN)
KETUA          : FAHMI FATURAHMAN FAUZI
ANGGOTA    : R. ARIFIN ADI NUGRAHA
                          ASRUL SUHARDIANSYAH
                          ASHABUL KAHFI
                          ANDI SABBI


 SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 10 MAKASSAR
MAKASSAR
2013


BAB I


ZAKAT

1.1.            Pengertian zakat

      Zakat berarti suci dan tumbuh dengan subur . sedangkan menurut istilah syara zakat ialah mengeluarkan sebagian harta benda sebagai sedekah wajib , sesuai perintah Allah SWT kepada orang-orang yang telah memenuhi syarat-syaratnya dan sesuai pula dengan ketentuan hukum islam. Zakat termasuk rukun islam ketiga dan hukumnya fardhu ain untuk setiap muslim dan muslimah yang sudah memenuhi syaratnya .
Dalam zakat ada 2 istilah yaitu muzaki yang artinya “seseorang yang memberikan zakat” dan mustahik yang artinya “seseorang yang menerima zakat” bagi muzaki zakat berarti membersihkan hartanya dari hak-hak mustahik sedangkan bagi mustahik zakat berarti membersihkan jiwa dari sifat-sifat tercela terhadap para muzaki. Allah SWT berfirman sebagai berikut :

خُدْ مِنْ أَمْوَالِهِمْ صَدَقَةً تُطَهِّرُهُمْ وَتُزَكِّيْىِهمْ بِهَا ﴿ التوبة:١٠٣﴾

Artinya :Ambilah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu         kamu membersihkan dan menyucikan mereka “ (Q.S At-Taubah,  9:  103)

Manfaat zakat yang lain adalah dapat menyebabkan harta para muzaki subur. Rasulullah SAW bersabda sebagai berikut :

   (مسعودبناعنلخطىبارواه)  حَصِّنُواْ أَمْوَالَكُمْ بِالزَّ كَاةِ

Artinya : “Bentengilah dan suburkanlah hartamu itu dengan zakat.” (H.R. Al-Khatib dari Ibnu Mas’ ud).





 

1.2.            Macam-macam zakat dan ketentuannya
Zakat dapat di bagi menjadi dua macam, yaitu zakat fitrah  (zakat pribadi) dan zakat mal (zakat harta).
a.    Zakat Fitrah
Zakat fitrah adalah sedekah wajib yang dibayarkan manjelang Idul Fitri dengan beberapa ketentuan dan persyaratan .
Syarat-syarat wajib zakat fitrah adalah sebagai berikut :
·        Orang yang mengeluarkan zakat harus beragama islam.
·        Pada waktu terbenam matahari hari terakhir bulan ramadhan orang tersebut sudah lahir dan masih hidup tapi jika orang tersebut lahir sesudah terbenam matahari dan meninggal sebelum terbenam matahari di hari terakhir bulan ramadhan maka orang itu tidak wajib membayar zakat fitrah.
·        Orang tersebut mempunyai kelebihan harta untuk keperluan makan pada hari raya.
b.      Zakat Mal
Harta yang wajib di keluarkan zakatnya adalah :
·        Emas, perak, dan mata uang.
·        Harga perniagaan.
·        Hewan ternak .
·        Buah-buahan dan biji-bijian yang dapat dijadikan makanan pokok.
·        Barang tambang dan harta rikaz (harta terpendam).
  Syarat wajib zakat emas, perak, mata uang, dan harta perniagaan adalah sebagai berikut :
·        Pemiliknya orang islam yang merdeka (bukan hamba sahaya).
·        Merupakan milik pribadi dan menjadi hak penuh pemiliknya.
·        Sampai nisabnya (jumlah minimum yang dikenakan zakat).
·        Harta tersebut telah dimiliki genap satu tahun.
Daftar nisab jenis harta dan besar zakatnya
No
Jenis harta
Nisabnya
Besar zakatnya
1
Emas
20 dinar (
2.5%-nya
2
Perak
200 dirham (
2.5%-nya
3
Uang kontan
Senilai dengan emas
2.5%-nya
4
Harta perniagaan
Senilai dengan emas
2.5%-nya
5
Sapi / kerbau
a.      30-39 sapi
b.      40-49 sapi
a.1 sapi umur 1 thn
b.2sapi umur 2 thn
6
Kambing / domba
a.      40-120 kambing
b.      121-200 kambing
a. 1 ekor kambing
b. 2 ekor kambing

1.3.           Pengelolaan zakat di indonesia
azas dan tujuan pengloaan zakat ada dalam bab II, pasal 4 dan 5 undang-undang No. 38 Th. 1999 disebutkan bahwa pengelolaan zakat berdasarkan iman dan takwa, keterbukaan, dan kepastian hukum sesuai dengan pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, sedangkan pengelolaan zakat bertujuan:
·        Meningkatkan pelayanan bagi masyarakat dalam menunaikan zakat sesuai dengan tuntunan agama.
·        Meningkatkan fungsi dan peranan keagamaan dalam upaya mewujudkan kesejahtraan masyarakat dan keadilan sosial.
·        Meningkatkan hasil guna dan daya guna zakat.

















BAB II

HAJI

2.1.       Pengertian Haji dan Umrah

Pengertian “haji”  menurut istilah ulama fikih adalah menyengaja maendatangai ka’bah (baitullah) untuk menunaikan amalan-amalan tertentu (antara lain tawaf, dan sa’i).  Sedangkan Umrah menurut istilah ulama fikih adalah sengaja mendatangi ka’bah untuk melaksanakan amalan tertentu, yang terdiri dari tawaf, sa’i, dan bercukur.
Ibadah haji adalah salah satu rukun islam. Dalam sebuah hadis ditegaskan :
عَنْ عَبْدِ اللّٰهِ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللّٰهُ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بُنِيَ الْإِسُلاَمُ عَلَى خَمْسٍ : شَهَادَةِ أَنْ لَآ إِلٰهَ إِلَّا اللّٰهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَإِيْقَامِ الصَّلَاةِ وَإِيْتَاءِ الزَّكَاةِ وَحَجِّ الْبَيْتِ وَصَوْمِ رَمَضَانَ (رواه مسلم)
Artinya: “Dari Abdullah r.a., ia berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda: ‘Islam itu dibina atas lima perkata: pengakuan (syahadat) bahwa tidak ada Tuhan selain Allah, dan Muhammad hamba-Nya serta Rasul-Nya, mendirikan shalat, membayar zakat, haji ke Baitullah (ka’bah), dan puasa Ramadan.’” (H.R. Muslim)  

2.2.           Dasar hukum Haji dan Umrah

Dasar hukum haji dan umrah ialah Al-Qur’an Surah Ali ‘Imran,3: 97, Al-Baqarah, 2: 196-197, dan Al-Hajj, 22: 27-28. Dalam Surah Ali ‘Imran, 2: 97 Allah SWT Berfirman:
وَلِلَّهِ عَلَى النَّاسِ حَجُّ الْبَيْتِ مَنِ اسْتَطَاعَ اِلَيْهِ سَبِيْلاً ۗ وَمَنْ كَفَرَ فَاِنَّ اللَّهَ غَنِيٌّ عَنِ العٰلَمِيْنَ ﴿ اٰل عمران:٩٧﴾
Artinya: ‘Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah. Barangsiapa mengingkari (kewajiban haji), maka sesungguhnya Allah Mahakaya (tidak membutuhkan sesuatu) dari semesta alam.” (Q.S. Ali ‘Imran, 3: 97)   
Adapun syarat-syarat wajib haji itu sebagai berikut :
·        Beragama Islam.
·        Berakal sehat.
·        Balig.
·        Merdeka, bukan hamba sahaya.
·        Kuasa atau mampu mengerjakan (istitaah)

2.3.           Azas, tujuan dan penyelenggaraan haji di Indonesia
Undang-undang yang mengatur penyelenggaraan haji di Indonesia adalah Undang-Undang Republik Indonesia No. 17 Tahun 1999 yang telah mendapat persetujuan dewan DPR RI dan disahkan di Jakarta pada tanggal 3 mei 1999 oleh presiden republik Indonesia, Bacharuddin Jusuf Habiebie (mantan ketua umum Ikatan Cendikiawan muslim Indonesia).
Penyelengaraan haji berdasarkan azas keadilan memperoleh kesempatan, perlindungan, dan kepastian hukum sesuai dengan pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.
Penyelegaraan ibadah haji bertujuan untuk memberikan pembinaan, pelayanan dan perlindungan yang sebaik-sebaiknya melalui sistem dan menejemen penyelenggaraan yang baik agar pelaksanaannya dapat berjalan dengan aman, tertib, lancar, dan nyaman sesuai dengan tuntunan agama serta jamaah haji dapat melaksanakan ibadah haji secara mamdiri, sehingga diperoleh haji mabrur.    
Untuk pendaftaran setiap warga negara yang beragama islam yang akan menunaikan haji diwajibkan untuk mendaftarkan diri ke Departemen Agama Kabupaten/Kota, dengan memenuhi sejumlah persyaratan antara lain:
·                Mempunyai KTP asli yang masih berlaku
·                Sehat jasmani dan rohani yang dinyatakan dengan surat keterangan sehat dari dokter.
·                Bagi wanita harus di sertai oleh suami atau marham.
·                Berusia minimal 17 tahun
·                Menyerahkan fotokopi bukti tabungan haji pada BPS BPIH dengan jumlah minimal Rp. 20.000.000,-
·                Menyerahkan pas foto dengan ukuran 3X4 sebanyak 31 lembar dan ukuran 4X6 sebanyak 2 lembar.



BAB III

WAKAF

3.1.     pengertian wakaf dan rukunnya

Wakaf ialah menyerahkan sesuatu benda yang kekal zatnya untuk diambil manfaatnya, maupun oleh masyarakat ataupun perorangan. Wakaf ini sangat dianjurkan oleh Allah SWT sehingga para sahabat banyak yang mengamalkannya  Allah berfirman:
لَنْ تَنَالُوْا الْبِرَّ حَتّٰى تُنْفِقُوْا مِمَّا تُحِبُّوْنَۗ ﴿اٰل عمران:٩٢﴾
Artinya : “kamu sekali-kali tidak sampai pada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sebagian harta yang kamu sanyangi.”(Q.S. Ali ‘Imran, 3: 92)
Hal-hal yang termasuk rukun wakaf adalah sebagai berikut:
·                Wakif (yang bertawakal) dengan syarat kehendak sendiri bukan karena di paksa.
·                Mauquf barang yang diwakafkan.
·                Mauquf ‘alaihi (tempat berwakaf).
·                 Lafal atau ucapan wakaf.

3.2.     Harta yang diwakafkan

Harta yang diwakafkan syaratnya adalah:
·               Kekal zatnya walaupun manfaatnya diambil.
·               Kepunyaan yang berwakaf dan hak miliknya dapat berpindah-pindah.
Ketentuan-ketentuan lain yang mengenai harta wakaf, yakni harta wakaf itu terlepas dari milik orang yang berwakaf. Harta wakaf itu tidak boleh dijual, tidak boleh diberikan (hibah), dan tidak boleh diwariskan .
Manfaat wakaf bagi yang menerima wakaf atau masyarakat, sangat banyak antara lain:
·               Dapat menghilangkan kebodohan.
·               Dapat menghilangkan (mengurangi) kemiskinan .
·               Dapat menghilangkan (mengurangi) kesenjangan sosial.
·               Dapat memajukan serta menyejahterakan umat.






4 komentar: